Thursday, December 18, 2003

Mawar Kuning II

Semalam kau ada di sini , tebarkan lagi keharuman
sepucuk mawar kuning yang hampir mati.
Kuncup kuncup layu merekah sesaat , terimakasih .
Seperti haus yang di kenyangkan oleh seteguk air .
Wajahku merona semu, hatiku tetap biru
tatkala hadirmu hanya karena sekedar nafsu yang melintas.
Seperti puting beliung melanda sisi bumi yang tlah sepi .
Porak poranda kembali setelah hampir tertata rapi .
Dan kau kembali pulang , saat aku meradang .
Tangkaplah sejuta kunang kunang yang berpendar di sekeliling matamu .
Genggamlah menjadi penerang di perjalanan panjang .
Aku masih akan menjadi sebatang buluh , yang
terus menerus melukai otakku dengan serbuk serbuk beracunku .
Gemulai angin mulai melayangkan birahimu saat binalku
ku tambatkan lagi di patok patok perkemahanmu malam ini.
Sayup menderai lenguhan , aku kebingungan , tatap matamu
bukan seperti yang dulu. Jadi ku pejamkan saja mataku ,
pura pura tak mengerti bahwa sebenarnya kau
hanya singgah, bukan kembali.
Kekasihku….andaikata kau telungkupkan
telapak tanganmu di dadaku , tentu kau akan percaya
bahwa hati ini tak akan pernah mendua .
Dan bila kau sudi menjamahnya , kau akan percaya ,
hanya ada satu nama , selamanya.
Tapi kita tak pernah sepakat , kau selalu berangkat
pada angkuhmu yang sia sia di mataku.
Jadi kututup saja lagi pintu hati ini, kunci satu satunya
kuserahkan padamu , kapan pun kau mau , bukalah .
Dan kalau aku terus menerus keliru menterjemahkan
arti sentuhanmu , biarlah .
Cukup semalam buat cinta semalam .
Esok entah kemana kau singgah. Aku pasrah.


Malam panjang,17 desember 03

No comments: