Friday, July 08, 2005

LARA DARA

Terbit dari lolong laramu, percik percik airmata
Telah bungkam mulutmu, oleh dentum dentum meriam
Dan telinga, telah kebal makian
Sedang mata telah juga buta oleh dera dan darah
Merintihlah, selagi bisa
Sekalipun senyum adalah mimpi terindah bagi hidup
yang kau rasakan terlalu panjang berbelit
“aku ingin mati saja” lirihmu berbisik
dan kulihat hatimu telah tergenang comberan

dara, laramu aku rasa
sobekan demi sobekan luka telah menganga
sundutan sundutan rokok, selomot seterika, guyuran panas air mendidih
kulit melepuh, rambut berondol, wajah lusuh,kurus tak terurus
(dan wajah majikanmu lelaki tercetak diwajah anakmu kelak)

takkah kau rasa ada seulur tangan menyambutmu
ditepi bibir jurang?

Aku merasakan sebagai dirimu
Maka tak hanya kurasakan deritamu, tapi derit lukamu
perih disekujur tubuhku
dan akan kubagikan senyumku menjadi lekuk lesung pipitmu
mengembang diwajahmu,lagi.

Dara, laramu aku rasa
Pulanglah
Negeri itu terlalu asing bagi kita
Sebelum dollar akan membunuhmu perlahan, menimbun semua mimpi
Dan jasadmu membusuk ditengah lautan darah

bpp, 8 juli 2005

KADAVER

Seperti mayat mayat yang mengapung dimatamu
Renik renik sejarah luka telah melaut
Rajam untuk tatap pandang
Seperti seiris silet , di nganga pembuluh darah
Menetes netes darah ,ngalir di suaramu yang mendesah
O, alangkah tipis selaput dusta
Membungkus sajak sajak cinta merah muda

Menggenang air matamu kau tumpahkan dialtar
Mengawali doa doa panjang
(dan Tuhan tetap tak memandangmu, bisikmu)
melalui lengking , engkau lalu bercerita
seekor kupu kupu yang hinggap didadamu
telah menghisap habis sari cintamu, maka kau hidangkan padaku
: setetes madu palsu
(buatan pabrik ,katamu)

dan tubuh masih saja hidup
meski jiwamu mati
maka seperti kadaver , perjalananmu tak utuh besertaku.
Menjalar akar di sepohon ,umbimu mengenyangkan
Dan rengkuhku tiba tiba meliuk liuk diangkasa
Untuk tumbang disedekap persetubuhan pertama
Luka adalah luka
Mayat adalah mayat

Ribuan belatung kini berenang dibening manik matamu
Dan dengan desis ularmu , engkau mulai merayu
Bersama sekawanan lolong serigala dan malam yang pekat
:telah kukuburkan nama
mu!

RINDU

melukis rindu disekanfas potretmu
kurasakan nisbi matamu
menyorot dari celah manik manik

menarikan rindu disepenggal lenggok bayangmu
kurasakan sublim pelukmu
menjalar dari gerak yang kaku

menyanyikan rindu disebait suaramu
kurasakan pilu
menderit dari gagu bisu lagu

bpp,juni 2005
shantined

Trilogi Pertanyaan

(I) INI SENJA?

Jika ini senja, maka tutuplah jendela
Agar aku tak masuk sebagai laron atau kupu kupu dikamarmu
Biarkan aku menunggu pagi kembali tiba
Membuka hatimu menerima senyumku
Sekedar senyumanku.

Jika ini senja, maka jangan pamerkan keremangan
Lebih baik padamkan sekalian lampu kamarmu
Biarkan aku menunggu pagi kembali tiba
Membuka jendela dan kau longokkan kepala
Menemukan senyumku

Jika ini senja,maka berjagalah menuju pagi
Aku menunggumu dengan seuntai senyum
Atau bila kebosanan melandaku
Maka aku kan pergi berlalu

Mei 2005

(II) MALAM
Jika ini malam, maka gemboklah benteng benteng diluar kota
Sediakan sepasukan berani matimu dengan senjata mutakhir
Mungkin aku akan tetap datang
Hanya sebagai pengelana yang hendak menumpang istirah
di sudut sudut kotamu

Jika ini malam , maka palangkanlah segenap balok kayu dipintumu
Agar aku tak lagi menerjang mimpi

Bpp, mey 2005

(III) JIKA TIDAK
Bosankah kau dengan keterpisahan ini?
Kalau begitu, lebarkanlah sayapmu, datanglah padaku
Kita akan kawin di negara angin

Sedihkah kau dengan jarak ini?
Maka terjanglah ruang, halaulah kabut
Dan kita tetap akan satu selimut
Diatas gundukan bola bola salju

Pernahkah kau membayangkanku pergi?
Maka dekaplah dadaku, menyusulah padaku
Lalu engkaulah anak, aku ibu
Tak terpisah hingga ujung waktu.

Jika tidak,
Jangan pernah curiga,syak prasngka,mengeluh,mencaci,memaki
Karena jarak ini tidak akan berani
menundukkan cinta


bpp, Juli 2005

NELAYAN

Senja senja mati menelikung biduk biduk
Ombak ombak laut tak ikut mati tertelan bah
Bahkan terus saja menghanyutkan sampah sampah
Ribuan bangkai hewan,dan potongan potongan mayat
Ke kaki langit yang nampak semakin ganas melahap

Amuk laut melipat lipat nyali
Ikan kegirangan
Karang kedinginan
Mercu suar melengking lengkingkan sinarnya
Berpendar pendar , berpacu dengan kabut dan badai laut
Senja tampak malam
Dengan topan yang riuh menghantam dinding dinding awan
Turun juga : hujan

Jadi kuputuskan untuk pulang
Dengan jala dan bubu kosong di tangan


2004 shantined