Saturday, March 11, 2006

TEROMPAH DI BULAN DUA

Ndah, seperti separuh siang yang kau tinggalkan
Kota kita begitu pucat kau lihat dari tengah angkasa
Kala kau melarung berbagai nama dari kaca pesawat
Menabur berbagai ganjalan dari dadamu yang membusung
namun kempis itu
sekempis relung yang kau coba pompa dengan rupa rupa lelaki
Namun tetap kosong
tapi ah, abaikan saja
ruang itu tetap saja kosong melompong
tak pernah terisi
sejak musim kemarau delapan purnama yang lalu

aku tahu , Ndah
di nadimu yang kencang berdegub
kekhawatiran kekhawatiran itu tak juga luruh
meski sejuta senyum , sejuta peluk terbentang untukmu
telah es, telah beku semua di hadapanmu, bukan?

Sekaranglah waktunya, Ndah
Rehat dari segala keruh
Henti dari segala gemuruh
Lingkaran tetap saja lingkaran
Sebelum kau berhasil menembus dinding waktu

Taklukkan luka itu , Ndah
Duri selamanya duri, jika kau tak mengubahnya menjadi sebatang korek api
Sulutlah dengannya, dan bakarlah masa lalu
Hingga abu, hingga debu
Usaplah segala jelaga
Lempar jauh jauh dari jendela pesawatmu

Dari ketinggian itu, Ndah
Tentu saja kau lihat tangan mana yang menari
Dan tangan mana yang bersedeku
Melihat kemalanganmu
Dan dari atas situ
Tentu saja kau dengar
Mana tangisan dan mana nyanyian
Saat kau dilanda prahara

Mungkin , sandal jepit yang kau kenakan
Telah saatnya berganti terompah, Ndah
Agar langkah lebih tegap dan nyaman
Menuju kemenangan
Meninju kemalangan.

No comments: