Saturday, March 11, 2006

CERITA DARI PULAU TAK BERNAMA

Telah kering embun di jendela kamarku
Ketika burung burung pipit menobatkan siang ini menjadi milik kita
Ada kilau mentari yang menyeruak dari balik dedaunan kelapa
Dan ombak meluap dari birahi matamu
Oh, nanar nian aku menterjemahkan belaimu
Hingga tenggelam ufuk ke pedalaman mimpi kita.

Kesepian kita memang terganjal oleh binalku , binalmu
Tapi lihat itu, dadamu masih saja terlihat batu
Menindih patung patung , entah berapa jumlahnya
Dan aku terus menatap keriuhan
Yang terbit dari tetes air matamu
Oh, alangkah kentalnya duka disana

Bayangan yang mana pula yang telah engkau hempaskan
Lalu kembali kau pandang pandang
Menarik ulur kenangan kenangan usang
Akankah benar kau mampu menuangnya
Ke samudera luas?

Seperti rayuan seekor camar pada karang
Aku mengajakmu bersetubuh kini
Agar luka tak terlalu pedih
Agar memar tak terlalu biru
Agar batu tak terlalu karam
Agar panah tak terlalu nancap
Agar tangis tak terlalu isak
Agar jatuh tak terlalu debum

No comments: