Embun embun itu terus membening di kelopak matamu
meneteskan dentingan nada di tuts tuts pianomu
menggumpalkan kecewamu pada hidup
carut marut galaumu tertuang di symponi yang ngilu
Barangkali akan terus kau gumamkan sejuta lukamu pada syair syairnya
Gelembungkanlah saja duka duka itu pada
lentera malam yang hampir padam
Ketuk ketukkan sayatannya pada derai alunan
Biar musnah cemasmu dihalau waktu
yang terus saja berjalan
Rindukanlah sejuta kunang kunang
terbang rendah di permukaan permadani kita
dan ketika kau ingin menangkapnya ,kau teringat
akan dongeng kuku orang mati, sehingga kau berbalik dan lari
membiarkan sejuta kunang kunang mengejarmu
Adikku , rembulan belum padam
meski kenyataan bergulir tak seperti yang kau harapkan
hitam dan putih bak tuts pianomu
dikamarmu yang hening dan biru
nantikanlah datangnya seorang pangeran dari negeri mimpi
mengecupmu dan membawamu pergi
Monday, January 12, 2004
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment